Imam Condro, Pahlawan Sekaligus Ulama'
![]() |
Imam Condro, Pahlawan Sekaligus Ulama'
Desa Rowokembu Kecamatan Wonopringgo dulu
ada seorang pejuang kemerdekaan sekaligus ulama.
Beliau adalah Imam Condro komandan brigade Samber Nyawa , yang lahir pada tahun 1926 dan wafat pada tahun 1966.
Beliau adalah Imam Condro komandan brigade Samber Nyawa , yang lahir pada tahun 1926 dan wafat pada tahun 1966.
Imam Condro merupakan anak pertama dari 14
bersaudara, sejak kecil dikenal memiliki kelebihan dibandingkan anak sebayanya.
Adik beliau Kolonel Syamsul Hadi mengisahkan waktu kecil Imam Condro gemar mencari ikan dan ular.
“Nah suatu saat beliau Imam Condro mencari
ular dan digigit, namun gigitan itu tidak membekas di tubuhnya dan justru ular
itu dapat dilumpuhkan,”
Pada masa perjuangan, atas perintah Pemerintah Indonesia waktu itu, Imam Condro diangkat menjadi seorang Brigadir dan
membentuk pasukan dengan nama Brigade Samber Nyowo., Brigade Samber Nyowo
berhasil mengusir kolonial Belanda dari wilayahnya.
“Namun setiap Imam Condro berjuang,
ayahanda selalu ditangkap dan dimasukan ke penjara Kedungwuni masa itu,” ungkap
Syamsul Hadi.
“Belanda menangkap dan memenjarakan ayahanda karena ingin agar Imam Condro menyerahkan diri.
Namun Imam Condro seperti yang pernah diamanatkan oleh ayahanda agar tetap berjuang membela tanah air apapun yang terjadi. Sehingga Imam Condro tetap tidak mau menyerahkan diri ke penjajah, tapi justru sebaliknya dengan ditangkapnya ayahanda, Imam Condro semakin ganas untuk mengusir penjajah Belanda dari tanah air tercinta,” kenang Syamsul Hadi dengan meneteskan air mata.
Namun Imam Condro seperti yang pernah diamanatkan oleh ayahanda agar tetap berjuang membela tanah air apapun yang terjadi. Sehingga Imam Condro tetap tidak mau menyerahkan diri ke penjajah, tapi justru sebaliknya dengan ditangkapnya ayahanda, Imam Condro semakin ganas untuk mengusir penjajah Belanda dari tanah air tercinta,” kenang Syamsul Hadi dengan meneteskan air mata.
Suatu ketika Brigade Samber Nyowo dibombardir oleh Belanda.
“Saat itu anak buahnya kocar-kacir dan lari tunggang langgang. Namun dengan keberanian dan kelebihan yang dimilikinya, Imam Condro justru maju ke arah tentara Belanda yang membombardir dengan mortir, dan Imam Condro memegang mortir itu agar tidak mengenai anak buahnya. Dan aneh tapi nyata, mortir itu meledak digenggaman Imam Condro, pakaiannya compang-camping akibat ledakan mortir tersebut, namun badan Imam Condro tidak terluka sedikitpun,” terang Syamsul Hadi.
“Saat itu anak buahnya kocar-kacir dan lari tunggang langgang. Namun dengan keberanian dan kelebihan yang dimilikinya, Imam Condro justru maju ke arah tentara Belanda yang membombardir dengan mortir, dan Imam Condro memegang mortir itu agar tidak mengenai anak buahnya. Dan aneh tapi nyata, mortir itu meledak digenggaman Imam Condro, pakaiannya compang-camping akibat ledakan mortir tersebut, namun badan Imam Condro tidak terluka sedikitpun,” terang Syamsul Hadi.
“Sejak kejadian itu Imam Condro ditakuti
oleh pasukan Belanda,” imbuhnya.
Mengakhiri ceritanya, Kolonel Syamsul Hadi mengatakan bahwa Imam Condro meninggal dunia pada tahun 1966 dan dengan disaksikan oleh seluruh keluarga, Imam Condro menghembuskan nafas terakhir pada saat berzikir setelah selesai sholat.
“Beliau Imam Condro meninggalnya seperti
ayahanda yakni sedang melakukan ibadah sholat. Bedanya kalau ayahanda saat itu
meninggal pada rakaat terakhir pada waktu sholat....."Mengakhiri ceritanya, Kolonel Syamsul Hadi mengatakan bahwa Imam Condro meninggal dunia pada tahun 1966 dan dengan disaksikan oleh seluruh keluarga, Imam Condro menghembuskan nafas terakhir pada saat berzikir setelah selesai sholat.
_____________________________________
Salam Komando X-34
BANSER CONDRO
Komentar
Posting Komentar